Cerpen Yanto Bule
Sertu Turut
Lelaki berperawakan tegap, degan wajah tegas masuk kedalam warung pinggir jalan, tatapannya begitu tajam seolah Inging menghujam jantung yang di lihatnya.
Gerak geriknya begitu lincah, dengan berpakaian amat sederhana berkaos oblong dan celana selutut,lelaki berkulit hitam itu memesan minuman hangat, ya segelas kopi hitam, di tariknya dari saku celana sebungkus rokok filter kesukaannya , dan menghisap sebatang rokok di sudut bibirnya.
Nafasnya agak sedikit tersengal, sebab lelaki berbadan tegap anggota kodim dan menjabat sebagai Babinsa itu baru saja keluar dari perkampungan suku asli Jambi, dengan sepeda motor modifikasi lelaki yang di sapa Turut menghampiri warga binaan di desanya.
” Barusan keluar dari kampung durian,”
” Biasa komsos di sana, ya rutinitas dengan warga binaan” ujar Turut.
” Eh..ada kamu Rin, lama kali kamu tidak pernah nampak di sekitaran sini ya”
” Siap bg, biasa habis piket pasti pulang ke rumah lalu ke kebun bg”
” Persiapan kalau pensiun saja bang” ucap Birin.
Senja itu masing mengantung di langit tanjung benuang, Ya warung simpang empat milik kang Aris , biasa ramai sat sore para pekerja kebun dan pekerja Dompeng baru pulang, dan biasanya mereka menghabiskan waktu jelang sampai di rumah dengan ngopi bersama di warung .
Turut, sore itu bertemu dengan dua lelaki warga asli Jambi, tengah pulang dari berburu babi di sekitaran perkebunan sawit warga, keduanya berhenti di warung kang Aris , mereka kemudian memesan es teh, tampak dua lelaki Suku anak dalam dengan berkaos lusuh dan bercelana pendek tanpa alas kaki, terlihat membuka ikatan kain di pinggang mereka, ternyata kain panjang yang di ikatkan di pinggang bukan hanya berfungsi sebagai kantong bekal, namun juga sebagai kain pengait parang .
” Dari mono kakok”
” Lamo, Ake piado bertemu kakok di Sudung kami” kata lelaki warga SAD bernama Nyarukup.
” Ya , sudah satu Minggu ini sibuk penugasan dari komandan, Kalau sudah selesai pasti saya ke rumahmu lagi ya kup”
” Minumlah es nya dulu, biar nanti saya bayari”
” Terima kasih kakok, Ake nak bebelek ke kiun”
” Ao”
Lelaki ramah yang dekat dengan warga SAD, sebelum keduanya pulang, meminjam senjata api rakitan milik Nyarukup untuk di abadikan di ponsel pintarnya, setengah bergurau ,Turut minta di tinggalkan senpi rakitan untuk dirinya.
Sisa hujan semalam masih malu malu memuai, sebab matahari belum juga tampakkan mukanya, Suara tonggeret hewan ngengat bersuara keras di kebun sawit warga, Puluhan warga terlihat mulai mengais sisa emas di lubang Dompeng di kebun kebun warga.
Ibu ibu dengan membawa tas plastik berisi bekal, dan dulang alat untuk mencari emas di jinjingnya menuju lubang bekas galian Dompeng, berharap nasib baik bisa membawa pulang butiran emas untuk di jual ke pengepul emas.
Canda tawa ibu ibu, sambil memasukan batu dan lumpur berisi kerikil ke dalam dulang, dengan menggunakan tempurung kelapa dan linggis tangan tangan lincah ini mulai memutar dulang, dengan sedikit tubuhnya berendam di air , tangan terampil penuh harap rejeki mulai memisahkan pasir hitam di dulang dengan buliran emas.
Ya..sertu Turut menjadi Babinsa merupakan satu tugas, dan menjadi dekat dengan masyarakat adalah kebanggaan dan kebahagiaan bagi seorang anggota TNI, pengabdian di tengah masyarakat menjadi tanggung jawab bukan hanya kepada komandannya tetapi kepada negara sebab kondusifitas wilayah kerja menjadi tanggung jawab dirinya.
Lelaki murah senyum ini, aktif bukan hanya di lingkungan kerja saja, tetapi di tengah masyarakat juga di akui ringan tangan dalam membantu kesulitan warganya.
Meskipun di wilayah kerjanya , banyak masyarakat mengantungkan nasib dan rejekinya di lokasi bekas Dompeng, ya Dompeng atau yang lazim di sebut Peti salah satu kegiatan ilegal yang di larang, namun tak pernah sekalipun terjadi keributan baik di desanya dan warga binaannya, baginya keberadaan TNI harus hadir di tengah kesulitan rakyat, dan motto ini benar benar di laksanakan,meskipun beberapa kali di wilayahnya ada penindakan hukum terhadap pelaku Dompeng namun dengan pendekatan yang humanis Turut, mampu membina warga agar kembali taat hukum.
” Rin, Besok kita berkumpul di balai desa ya, ada rapat pak kades untuk membuat lokasi wisata bekas galian Dompeng, sebab wilayah binaan mu juga berdekatan dengan desa binaan ku, dan ada baiknya kita hadir agar bisa ikut memajukan wilayah kita”
” Siap bang, besok saya hadir di balai desa, apalagi warga binaan saya juga banyak yang mengantungkan rejeki di bekas lokasi Dompeng bang”
Dua Babinsa Sertu Turut dan Serda Birin, menjadi salah satu ujung tombak merubah lokasi Dompeng jadi wisata di desa binaan.
Bekas lubang Dompeng yang menganga di penuhi air, perlahan di rubah bersama.pemeuintah desa menjadi kolam renang dan juga kolam pemancingan serta balai pertemuan di bangun dengan swadaya, menjadi satu bukti kekompakan antara pemerintah desa dan Babinsa dalam menjalankan roda pemerintahan di desa.
Contoh nyata dua Babinsa , bekerja sepenuh hati membawa perubahan di desa binaan, kemajuan demi kemajuan di raih dengan sepenuh hati.
Tiba tiba lamunan Birin , buyar saat puluhan anggota kodim membawa peti jenazah berbalut bendera merah putih masuk ke dalam komplek pemakaman umum, komandan upacara pemakaman tengah laporan persiapan pemakaman sertu Turut.
Lelaki berkulit hitam dengan wajah tegas dan tatapan tajam, kini njelma tanah merah bergunduk dengan nisan di atasnya, sosok yang dekat dengan semua kalangan berpulang tepat usai lebaran, bunga mawar bercampur pandan berserakan di atas tanah merah, sebaris nama tertulis pada nisan kayu Telah meninggal dunia sertu Turut, di sampingnya ada foto almarhum dengan seragam lengkap kebanggaan nya.
Lamat Lamat suara suku anak dalam melagu
Ooiiiiiii
Guding nan di sebelik betong
Nan di sebelik semak
Kemaiiā¦
Kemaiiā¦.
Ado Rajo tembak ,bebelik ke Tuhan
Sanggar imaji Bangko ,Pamenang April 2024
+ There are no comments
Add yours