Dentuman suara tembakan dari arah bukit,membuat aku dan pasukan yang ku bawa harus merayap di antara tebing dan batu terjal, sementara tawanan yang kami tangkap di bawa dengan mengikat tangan dengan tali sepatu yang kami pakai, tak peduli seberapa derasnya suara tembakan musuh dari atas bukit, di dada kami hanya ada satu tekad harus bisa membawa tawanan yang kami tangkap hidup hidup untuk kami interogasi di markas.
Perjalanan untuk menangkap gembong PKI di daerah dukuh Turi menjadi tantangan terberat, sebab anggota PKI banyak yang menyamar dan bergabung dengan masyarakat, sehingga saat mata mata yang sudah kami susup kan butuh waktu lama untuk bisa masuk menemukan target, belum lagi tantangan wilayah berbukit dan memiliki semak yang tebal,maklum Dukuh Turi merupakan wilayah yang berada di kaki gunung merapi.
Tepat tiga hari tiga malam ,mata mata yang kami kirimkan berhasil mengendus keberadaan target, Dengan perhitungan yang masak, saat target gembong PKI tengah jauh dari pengawalan anggotanya, dan saat itu tengah menikmati makanan ringan di salah satu warung pinggir jalan, tanpa menimbulkan kecurigaan, anggota yang menyamar langsung bergerak cepat dengan membekuk target.
” Ada apa ini”
” Sudah diam,jangan melawan”
” Salah saya apa, sampai saya di perlakukan begini”
” Sudah lah, diam nanti kita jelaskan di markas,”
” Saya harus tau kesalahan saya apa dulu”
” Diam,dan jangan macam macam,Jami anggota TNI “
Dengan tertunduk tak berdaya, target yang sudah di amankan langsung di laporkan.
“Tango satu monitor “
” Tanggo tiga monitor,silahkan masuk”
” Alpa satu sudah kita dapatkan,petunjuk selanjutnya “
” Laporan di terima, alpa satu bawa ke markas,segera meluncur”
Perjalanan penjemputan terget,yang selama ini di cari menjadi keberhasilan luar biasa pasukanku, betapa tidak satuan lebih tinggi di atas kami sudah sangat lama mencari dan di perintahkan menangkap hidup atau mati, tetapi dengan buah kesabaran dan ikhtiar yang tidak henti akhirnya gembong PKI,yang menjadi musuh negara bisa di tangkap tanpa sebutir peluru di letuskan.
Tapi yang menjadi kendala saat membawa gembong PKI, harus melewati satu jembatan darurat,yang selama ini di kuasai musuh, bahkan jembatan tersebut menjadi salah satu penghubung agar bisa melewati desa treteg di mana pasukan penyapu me menunggu kami.
Dengan perhitungan yang masak,ternyata kabar di tangkapnya gembong PKI di dukuh Turi, ternyata sudah menyebar sehingga anggota PKI,yang d dipersenjatai langsung bergerak,sebab mereka lebih dulu mengenal wilayah , di sejumlah bukit dan tebing pasukan musuh bersiap dengan senjata M16, Moser Laras panjang bersiap untuk menghujani pasukan kami jika melintas di atas jembatan, sudah barang tentu jika salah perhitungan dan lengah bisa habis semua pasukan kami.
Udin, salah satu kopral andalan di pasukanku meminta ijin untuk mencari celah, agar pasukan lain tidak melewati jembatan treteg.
” Ijin ndan, saya cari jalur aman agar tidak terlihat musuh”
” Baik, pasukan lain berhenti mencari tempat perlindungan yang aman”
” Siap,”
” Tawanan kita tolong di amankan jangan sampai terlihat musuh”
” Siap”
Tak lama berselang, kopral Udin muncul dengan mengendap endap,lalu melaporkan ada jalan yang aman,hanya saja harus melewati jalur sungai , hany itu satu satunya cara agar selamat dari hujan tembakan musuh.
” Kita menunggu hari agak gelap, agar musuh tidak bisa melihat kita,dan jangan ada yang menghidupkan api”
“Siap ndan”
Waktu berlalu ,menjelang senja beranjak ,nyamuk begitu banyak menggigit kulit pasukanku, tanpa menghiraukan gigitan nyamuk, aku panggil kopral Udin agar bersiap siap menjadi penunjuk jalan.
Dengan menyiapkan senjata M16, dan siap kokang , magazine terpasang penuh kopral Udin, langsung membawa beberapa pasukan untuk mendahului menyebrang sungai, air sungai yang lumayan deras langsung membasahi baju para prajurit terpilih, semangat untuk membela negara mengalahkan rasa dingin dan takut mati.
Lima belas orang pasukan sudah menyebrang sungai dengan selamat, Sementara lima belas orang lagi masih menunggu aba aba untuk menyebrang sungai, ada kopral sadut yang mulai kedinginan, dan tanpa di ketahui pasukan lain ternyata menghidupkan rokok untuk mengalahkan rasa dingin, sehingga asap rokok yang mengepul menjadi tanda ada pergerakan .
Musuh yang sudah mengepung dari tebing dan bukit, langsung menembak membabi buta ke arah pasukanku, sontak saja seluruh pasukan yang belum menyebrang sungai berlindung di bebatuan sungai, desingan peluru dari semua penjuru begitu dekat, seperti malaikat menebar maut.
” Segera berlindung ,”
” Pasukan lain coba alihkan perhatian musuh”
Pasukanku yang sudah menyebrang berusaha mengalihkan arah tembakan lawan, kopral Udin yang terkenal pemberani langsung bergerak dengan mengecoh arah tembakan musuh.
Saling tembak menembak berjalan beberapa menit, musuh sepertinya kewalahan menghadapi pasukan yang terlatih, satu jam berlalu tanpa ada tanda pergerakan.
Rasa kesal bercampur marah benar benar aku rasakan, jika sempat ada anggota yang gugur sudah pasti kopral sadut akan ku mintai pertanggung jawaban.
” Mana pasukan yang lain, tawanan kita aman atau tidak”
“Siap aman, pasukan utuh masih satu pleton,satu tawanan masih terselamatkan”
Kendaraan truk khas tentara menderu sampai ke dalam markas, tawanan gembong PKI berhasil di amankan, dari nyanyian di dapati nama nama siapa saja pentolan PKI di dukuh Turi yang bakal melakukan pemusnahan terhadap para kyai yang di anggap bersebrangan dengan niat mereka,nama nama yang bakal di eksekusi sudah tercatat Rai sampai dengan tangan dan jam pelaksanaan.
Betapa mencengangkan ternyata tawanan kami yang tertangkap merupakan gembong PKI yang di segani, dan memiliki jabatan penting di kadipaten,ya ternyata gembong itu adalah Suyatin kepala CC PKI di kadipaten yang memiliki peran penting menyerbu markas tentara.
Dari keputusan komandan, di putuskan bawa Suyatin harus di selesaikan, agar tidak ada lagi pengaruh di anggota PKI di dukuh Turi, Hukum mati untuk Suyatin.
Beberapa hari, komandan memerintahkan agar bisa mengumpulkan anggota kamra,agar bisa menyiapkan lubang berukuran 1,5 X 2 meter, lokasinya berada di bawah kaki gunung merapi.
Entah mimpi apa , sehingga aku yang saat itu menjadi Danton di minta menghadap komandanku dengan satu perintah yang menurutku sangatlah berat.
Ya, aku harus menjalankan tugas negara melakukan eksekusi kepada Suyatin yang sudah di putuskan nasib hidupnya, sementara itu aku yang tengah menunggu anak pertamaku terbayang wajah istriku di kampung, betapa cemasnya jika aku tidak selamat dalam tugas.
” Sersan ,kamu saya perintahkan habisi musuh negara yang kita tangkap”
“Ijin komandan, istri saya Lagi hamil komandan”
” Jangan melawan perintah, ini perintah negara harus kami lakukan”
” Saya perintahkan kami bersama dengan sersan Komar menjalankan tugas ini”
Tradisi di dalam kesatuan,tidak di benarkan melawan atasan, sebab penolakan salah satu pelanggaran bagi tentara.
Malam itu ,aku di jemput komandanku di barak dengan mengunakan jep wilis aku di bekali senjata pistol jenis FN dan sangkur, dua senjata di ini di serahkan untuk aku melakukan eksekusi terhadap Suyatin.
Perjalanan jip Wilis terasa begitu lama, beberapa kali melewati jalan berbelok dan berbukit,tibalah di salah satu perkebunan jati, ya malam itu suasana begitu hening.
Derap Laras sepatu memijak ranting jati kering ,terdengar ada suara di pondok yang begitu temaram, suara pria yang begitu tegas berharap ampunan untuk nasib hidupnya,tetapi tidak ada jawaban.
Dengan mata sudah tertutup kain, Suyatin gembong PKI di giring ke dekat lubang yang sudah di siapkan oleh anggota kamra.
Aku yang masih belum menemukan kekuatan untuk mengeksekusi musuh di depanku, dengan perasan gamang, aku isi magazine dengan penuh.
Suara keras di tepi lubang memerintahkan Suyatin untuk jongkok, dengan tangan terikat,Suyatin perlahan jongkok dan di minta berdoa untuk terakhir kalinya.
” Jika ada permintaan terakhir sampaikan, atau segeralah berdoa”
Door suara letusan pistol terdengar nyaring, Tubuh terikat langsung jatuh kedalam lubang, aku langsung terbayang wajah istriku di rumah yang menantimu penuh kerinduan,dan aku begitu cemas menantikan kelahiran anak pertamaku dengan kejadian yang tak terlupakan di hidupku, perintah negara lebih di atas semuanya.
Tanpa menunggu perintah aku langsung naik mobil, dan kendaraan membawaku menjauh untuk mengantarkan ku ke markas,kokok ayam terdengar sahut sahutan ,tanah merah yang menimbun Suyatin berangsur rata tanpa bekas di hutan jati.
Pamenang 16 Oktober 2024