Cerpen Yanto bule
Impian Langit
Keceriaan setiap pagi, makin jarang aku rasakan, betapa sikap ayah mulai berubah setelah aku di nyatakan kehilangan sebagian memori di otaku, kehidupanku berubah kebahagiaan yang aku rasakan seperti di renggut paksa oleh keadaan yang aku alami.
Mestinya setiap hari aku merasakan kehangatan kedua orang tuaku, begitu juga dengan adiku, kami di lahirkan dari keluarga yang sangat sempurna menurutku, ayahku bekerja di kantor perkebunan, sementara ibuku selain ibu rumah tangga, tetapi juga memiliki usaha sampingan membuat kue pesanan.
Hari hariku kurasakan betapa bahagia dan lengkap, saat adiku lahir menambah kebahagiaan keluarga kami, aku sendiri sekolah kelas empat di sekolahan dasar yang memiliki kualitas pendidikan yang baik.
Di kelas aku di anggap anak pintar baik okeh guruku dan kawan kawanku kelasku, banyak mata pelajaran yang mampu aku kuasai,nilai raport miliki ku juga terbilang bagus, sebab tiga besar tak pernah terlewatkan semenjak aku kelas satu.
” Langit, kamu adalah anak pintar di sekolah ini, pertahankan prestasi mu y nak”
Setiap event perlombaan sekolah baik tingkat kabupaten aku selalu di percayakan untuk ikut lomba ,bahkan sering menjadi langganan untuk mewakili kabupaten ke tingkat propinsi,ya mata pelajaran matematika memang aku sangat menyukainya, mungkin karena ibuku dahulunya juga juara kelas,sehingga menurun kepadaku.
Ayahku betapa bangga dengan prestasi yang aku dapatkan di setiap tahun,dan setiap kali event di laksanakan, sebab aku pulang pasti membawa medali, peluk hangat ayah sangat menentramkan dan membuatku semangat untuk terus berprestasi.
” Langit , kamu anak kebanggaan ayah dan ibumu, teruslah berjuang anaku jangan pernah merasa dirimu besar dengan prestasimu,tetaplah membumi anaku”
Suasana sekolahku begitu asri dan hijau, apalagi sekolahku merupakan salah satu sekolah Adiwiyata,sehingga kebersihan sangat di jaga, fasilitas umum seperti wastafel berjejer di beberapa sudut, pojok baca ,saran UKS terlihat sangat bersih dan rapi, m anak anak sekolah betah di sekolah, apalagi ada ibu kantin yang ramah, penjaga sekolah dan scurity yang ramah ramah, pokoknya sekolah yang aku pilih merupakan sekolah paling the best lah.
Setiap hari aku di antar jemput ayah, jika ayah berangkat kerja aku selalu di ajak serta sebab lokasi kerja ayah satu jalur dengan sekolahku, lain dengan ibuku yang mengantar adiku ke sekolah TK yang jaraknya dari rumah lumayan jauh.
Suatu waktu, aku di bonceng sahabat ku Cici, untuk belajar kelompok mempersiapkan lomba cerdas cermat,pada FLS2N tingkat kabupaten, aku dan sahabatku Cici melaju mengunakan motor matic, jalanan yang begitu pada usai pulang kerja membuat motor yang kami tumpang terpaksa meliuk liuk menghindari kendaraan lainnya.
Namun sayangnya saat kami akan melintas menyebrang menuju gerbang sekolah, tiba tiba ada satu kendaraan yang langsung menghantam motor yang ku tumpangi bersama Cici,benturan keras dan jeritan orang orang yang melihat kami berdua terhantam kendaraan jenis truk , membuatku tak ingat apa apa lagi.
Langit langit putih kamar, membuat mataku terasa asing,sebab bukan warna langit langit kelas dan juga langit langit kamarku.
Rasa perih di kepalaku,membuatku harus tersadar tetapi penglihatan ku berubah seperti benang warna warni, ku coba membuka mataku tapi tak mampu aku melawan rasa perih dan sakitnya di kepalaku.
Tanganku seperti tak bertenaga lagi, bahkan kaki kiriku terasa sangat kaki dengan rasa perih, aku hanya mampu merintih memanggil nama ayah dan ibuku.
” Alhamdulillah kamu sudah sadar nak” suara ibuku seperti menahan isak tangisnya.
” Alhamdulillah ya Allah kau kabulkan doa doa kami,untuk langit anakku” suara ayah terdengar lebih tabah.
” Ibu ,aku haus”
” Jangan dulu nak, nunggu dokter ya, soalnya kamu dua hari
Mengalami koma”
” Perih sekali tubuhku ayah”
Sayup sayup aku mendengar isakan tangis ayah, yang kurasakan tak jauh dari zal kamar di mana aku di rawat.
Seperti menahan beban berat yang di tangung ayah, akibat kecelakaan yang aku alami.
efek kecelakaan, membuat hidupku tak lagi seindah dulu, semua aktifitas sehari hari harus di bantu olah ayah dan ibuku, untuk ke kamar mandi saja aku harus di papah.
Yang sangat menyedihkan ku adalah, setiap hari aku sekolah pasti sering di ejek dan di bully yang ku terima dari kawan kawan sekelas, sebab aku tak lagi mampu membaca huruf bahkan untuk membedakan warna saja aku tak bisa lagi.
” Lihat langit, anak yang dulu pintar ,sekarang jadi sangat bodoh”
” Ha ha ha..betul, dulu di banggakan kini tak bisa apa apa lagi”
” Sekarang paling bodoh di kelas”
Yang bikin sedih, wali kelasku sendiri ibu Tety jadi begitu kesal terhadapku, Suruh membaca buku aku tak bisa, setiap huruf yang aku baca hanya terlihat seperti benang benang kusut warna warni.
Saat di suruh menunjukan gambar di buku saja, tak mampu melihat gambar yang aku lihat hanya berupa warna saja, tapi jika ada cahaya di lokal ku gambar di dinding bisa berubah tak beraturan.
” Langit , kenapa jadi berubah, kepintaran yang kamu miliki bisa hilang dalam sekejap, apa yang bisa di andalkan Untu membawa nama sekolah lagi “
Tangisku meledak, air mataku tak lagi bisa aku bendung, di saat aku membutuhkan bimbingan dari semua orang, yang ku terima malah ejekan dan hujatan dari kawan kawanku.
Ingin rasanya aku berhenti sekolah, dan tinggal di rumah menghabiskan umurku saja, belum lagi prilaku ayah yang sedikit berubah , terkesan lebih memperhatikan adiku,tapi sosok ibu menjadi malaikat penjagaku.
Tangisan dan doanya menembus langit, menggetarkan arasy Tuhan, Semua doa di panjatkan agar aku bisa kembali normal dan bisa menjalani kehidupan ku yang dulu.
” Tuhan, jika memang hidupku hanyalah menjadi beban bagi orang lain, ambilah ,biarkan aku menjadi merpati di SyurgaMU”
Suatu pagi, setelah aku di antar ke sekolahku, di saat masuk ke dalam ruang kelas, Aku mendengar suara yang asing, Ya suara bapak guru yang baru,dan memperkenalkan diri sebagai wali kelasku yang baru menggantikan ibu Tety.
” Selamat pagi anak anakku, Kenalkan bapak Dian guru baru dan wali kelas di sini,mengantikan ibu Tety yang pindah lokal, kebetulan bapak baru lulus PPPK dan mendapatkan tugas mengajar di sekolah ini”
Setelah memperkenalkan diri, kemudian di lanjutkan perkenalkan kawan kelasku, tibalah giliranku memperkenalkan diriku,pak Dian yang melihat kondisi berbeda di banding dengan murid lain,mendekatiku.
” Siapa namamu nak”
” Langit pak”
“Nama yang indah,tentu syarat makna ya”
” O ya, bulan depan kita akan ikut lomba FLS2N di tingkat propinsi jika lolos maka akan di kirim ke tingal nasional ,kebetulan ada satu mata lomba melukis poster dan temanya bebas ,tapi belum ada perwakilan dari sekolah kita”
Hening Seisi lokal ku , sebab selama ini di kelasku tidak ada yang bisa melukis poster, Aku beranikan diri untuk tunjuk tangan, dan mau menjadi salah satu perwakilan .
Tiba tiba Seisi kelas langsung tertawa,melihat aku tunjuk tangan,temen temenku seperti mengejekku.
” Kalian Kenapa tertawa ,Langit pasti bisa menjadi wakil sekolah ini,jangan terlalu menyepelekan kawanmu sendiri ya nak”
” Kalau dulu ,Langit memang anak paling pintar di sekolah ini pak,tapi semenjak mengalami kecelakaan dia jadi bodoh”
” Betul sekali yang di sampaikan kawan kawanku pak, tapi saya akan berusaha untuk bisa kembali bangkit, meskipun keadaan ku seperti ini sekarang”
” Sudahlah anak anaku, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan,jadi kita wajib saling menghargai nya ya”
“
Ternyata,setelah pengumuman sekolah untuk mencari keterwakilan , Pak Dian dengan telaten menyiapkan semua peralatan menggambar poster, dari kanvas, cat hingga kuas lukis di sediakan.
Dengan pandanganku yang tidak begitu jelas, aku mulai menggambar di atas kanvas dengan semua cat yang di sediakan pak Dian, tarikan garis garis lurus, melingkar,tak beraturan menciptakan warna yang beragam.
Betapa terkejutnya pak Dian, Saat melihat hasil lukisan poster yang ku kerjakan, perlahan lukisan poster yang di depanku di perhatikan dengan begitu teliti, dari sejumlah lukisan yang aku hasilkan, ternyata banyak menyimpan makna tersendiri bagi setiap orang yang melihat lukisanku.
Ya ,aku melukis dengan rasa dan imajinasi yang ada pada otaku, setiap garis aku taris sesuai dengan keinginan otaku,tangan yang bergerak tak beraturan,tetapi menghasilkan keindahan karya bagi yang melihatnya.
Hari pun berlalu, Saatnya karya lukisan poster di serahkan ke panitia lomba tingkat provinsi dan lolos ke tingkat nasional , Kurator begitu takjub dengan hasil lukisan langit.
Saat pengumuman di bacakan ternyata lukisan karya Langit menjadi juara nasional, Dan yang lebih mencengangkan bahwa lukisan langit sudah di beli oleh seorang kolektor untuk mengisi di galeri Lukisannya.
“Langit, hari ini kita ke jakarta,Untuk menerima piagam dan trofi dari penyelenggara lomba, Selain itu ada kolektor yang ingin bertemu d Ngan mu untuk bertransaksi nilai lukisanmu”
Tepuk tangan di auditorium di hotel bintang lima, bergemuruh saat Nama langit di panggil ke atas panggung, Dengan pandangan terbatas Langit berjalan perlahan,untuk menerima piala dan piagam dari panitia lomba .
” Terima kasih ibu dan ayah,serta guruku, hari ini aku hanya bisa berbuat dan melakukan apa yang ada di otaku untuk melukis , Meskipun banyak yang mencemooh tapi hari ini Tuhan memberikan jalan untukku”
Hening menyelimuti seisi ruangan, Saat langit selesai menyampaikan rasa hatinya, Namun belum beranjak dari panggung tiba tiba datang dari depan panggung pria berpakaian rapi datang dengan membawa Styrofoam bertuliskan angka 100 juta untuk nilai lukisan poster langit.
Suara yang riuh sepanjang jalan menuju sekolahku bukan hanya di penuhi oleh para guru,tetapi kawan kawan kelas berjajar di sisi kiri kanan jalan menyambut kepulangan ku, tak terasa air mata hangat jatuh di sudut mataku,aku tak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini , dan aku bangga pada ayah dan ibuku juga pak Dian.
Selamat jalan kepedihan, kekurangan bukan halangan untuk jadi kesuksesan.
Sangar imaji, Pamenang 6 juli 2025