Skip to content

Akurat & Terpercaya

  • HOME
  • UTAMA
  • PERISTIWA
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • SASTRA
  • TEKHNOLOGI
  • POLITIK
  • LIFESTYLE
  • PERISTIWA
  • PEMERINTAH
  • HUKUM & KRIMINAL
  • Toggle search form

MENYIMAK DZIKIR ALAM DAN PEDANG CINTA: Tafsir Sufistik atas Puisi Asro Al Murtawy

Posted on Juli 28, 2025Juli 28, 2025 By Publisher Tak ada komentar pada MENYIMAK DZIKIR ALAM DAN PEDANG CINTA: Tafsir Sufistik atas Puisi Asro Al Murtawy

Oleh: Wiko Antoni

(Dosen PBSI Universitas Merangin, Peneliti Puisi-Sinematik dan Sastra Spiritual)

Pendahuluan

Dua puisi Asro Al Murtawy, Bemban Batu dan Suatu Waktu di Teluk Wang, menghadirkan ruang kontemplatif yang kental dengan simbolisme sufistik. Lewat benda-benda alam seperti kayu dan air, penyair tidak hanya menciptakan metafora indah, tetapi juga menawarkan tafsir spiritual tentang cinta, penyerahan, dan keterhubungan manusia dengan semesta. 

Tulisan ini mencoba menafsirkan puisi-puisi tersebut melalui pendekatan sufistik, yang melihat puisi sebagai jalan menuju pengenalan diri dan Sang Khalik. Dengan menjadikan puisi sebagai sarana pendekatan diri kepada yang maha kuasa maka syair bukan jadi syi ir (kutukan) melainkan ibadah dan perenungan yang bermuara pada ibadah.

Dalam tradisi sufistik, puisi tidak sekadar bentuk keindahan verbal, melainkan wahana pengungkapan kerinduan jiwa terhadap sumber asalnya: Tuhan. Dalam puisi-puisi Asro Al Murthawy, kerinduan ini tampil dalam bentuk simbol yang membumi namun menggetarkan batin. Walaupun syairnya berbicara tantang hal-hal yang jauh daripada mengutip Al quran  atau hadis. 

Asro menemukan fana dalam transendental mendalam di puisi-puisinya. Menatap kehidupan sebagai perjalan ibadah yang penuh teka-teki. Dalam puisi Bemban Batu, sosok lirik menjelma sebagai sebilah batang kayu yang keras dan kokoh, menunggu untuk digenggam dan dijadikan pedang. Ia bukan batang sembarang, tetapi simbol kesediaan untuk dipakai—untuk berjuang, untuk mencinta, untuk menebus. Di sinilah gema tasawuf bergema.

“Aku secuma batang kayu biasa / Menunggumu menggenggamku sebagai sebuah pedang”

Dalam lensa sufistik, puisi ini mempresentasikan pengalaman fana, yakni penghilangan diri di hadapan kehendak Tuhan. Sosok kayu adalah seorang hamba, yang hanya menjadi berarti ketika digenggam Sang Kekasih. Ia tak lagi menyimpan dendam untuk dunia, tetapi dendam yang telah diolah sebagai ghirah atau kecemburuan ruhani—rindu yang telah dimurnikan.

“Tancapkan atas nama cinta dan pengabdian / dan masing-masing kita akan menuai takdir / sama-sama menang.”

Baris ini menunjukkan pencapaian spiritual: pengabdian total, cinta yang tak bersyarat, dan pengakuan bahwa seluruh takdir yang dijalani adalah kehendak-Nya. Di sinilah puisi menjadi bentuk penghambaan, bukan sekadar pengungkapan rasa.

Puisi lainnya menghadirkan suasana lebih tenang, seperti aliran air yang bersyahadat dan bermunajat dengan caranya sendiri. Puisi ini mengajak pembaca merenung di tepi waktu, menyaksikan bagaimana alam dan sejarah menyimpan zikir yang tak pernah terucapkan secara verbal, namun abadi dalam gerak dan riaknya.

“di tempat ini, air bersembahyang / dengan caranya sendiri, bisikmu”

Dalam khazanah tasawuf, alam dianggap sebagai manifestasi tajalli Tuhan. Maka air bukan hanya elemen biologis, tapi penanda dzikir semesta, yang mencerminkan ketaatan tanpa suara.

“di tempat ini, air bermunajat / dengan caranya sendiri”

Puisi ini juga menyinggung sejarah, bukan sebagai narasi formal, tetapi sebagai kenangan spiritual yang tersimpan dalam ruang dan waktu:

“sejarah yang tak pernah ditulis / tentang pertempuran demi pertempuran / kepahlawanan, pengkhianatan dan mungkin cinta”

Penyair mengajak kita berenang sebelum senja, sebelum “maghrib jatuh”. Dalam tasawuf, senja adalah simbol kefanaan, titik transisi menuju keabadian. Maka berenang bukan hanya aktivitas fisik, tapi ajakan untuk menyelam ke dalam batin, sebelum waktu kehilangan bentuknya.

Penutup

Akhirnya dapat dijelaskan bahwa melalui dua puisinya, Asro Al Murthawy menghadirkan simfoni spiritual, menjadikan kayu dan air sebagai metafora batin. Dalam Bemban Batu, jiwa digambarkan siap menjadi alat perjuangan cinta, sementara dalam Teluk Wang, ia mengalir lembut bersama air yang tak pernah berhenti bermunajat. Inilah puisi yang bukan hanya menggetarkan estetika, tetapi juga membuka jalan tafakur.

Di tengah dunia yang kian gaduh dan terburu-buru, puisi semacam ini mengajak kita untuk diam sejenak, mendengar zikir daun, sabda air, dan sabetan pedang cinta yang fana demi baqa.

Referensi:

Nasr, Seyyed Hossein. Knowledge and the Sacred. SUNY Press, 1989.

Nicholson, Reynold A. The Mystics of Islam. Dover Publications, 2002.

Al-Jurjani, Ali bin Muhammad. Kitab al-Taʿrīfāt

Schimmel, Annemarie. Mystical Dimensions of Islam. University of North Carolina Press, 1975.

Penulis:

Berikut adalah profil publik WIKO ANTONI yang dirancang berdasarkan jejak digital dan data internet yang telah Anda sampaikan, serta informasi yang sudah terverifikasi secara terbuka di blog, YouTube, Academia.edu, dan media lainnya:

WIKO ANTONI

Seniman | Pendidik | Kreator Konten | Peneliti Independen

📍 Berdomisili: Bangko, Jambi – Indonesia

🎓 Pendidikan:

S1 Teater, STSI Padangpanjang (kini ISI Padangpanjang)

S2 Pendidikan Seni Budaya, Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP)

✦ Profil Singkat

Wiko Antoni adalah seorang seniman multidisiplin, pendidik kreatif, dan kreator konten edukatif yang dikenal luas melalui karya-karya puisi sinematik, film pendek, serta kontribusinya dalam pengembangan seni, budaya, dan literasi masyarakat. Ia merupakan salah satu tokoh pendiri Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang dan Teater Kuflet Bangko, yang telah menjadi ruang pembinaan seni dan budaya lintas generasi.

Sebagai seorang dosen di Universitas Merangin, Wiko Antoni aktif mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dan PGSD. Ia mengintegrasikan media digital seperti YouTube, musik AI, dan teater ke dalam proses pembelajaran.

✦ Kiprah dan Karya

🎬 Film Pendek:

Melati Dusun Tuo – YouTube

BPZM – Suara dari Tengah Ladang – YouTube

🎤 Puisi Sinematik & Musik AI:

Kanal YouTube: @sastrairama

Video: Kumpulan Puisi dengan Musik AI – Tonton

📚 Publikasi Akademik & Esai:

Academia.edu – Wiko Antoni

Esai “Menyimak Dzikir Alam dan Pedang Cinta: Tafsir Sufistik atas Puisi”

Buku: Catatan Perang Seniman Aceh – Kontributor esai “Cantoi: Eksternalisasi Agrophobia dalam Diri Sulaiman Juned”

🖊️ Kepenulisan dan Blogging:

Blogspot: Wiko Antoni Indie Sinema

WordPress: Halaman Sekolah Kita Online

✦ Jejak Komunitas dan Aktivisme Seni

Pendiri dan Ketua Umum Teater Kuflet Bangko

Anggota Komunitas Sastra IMAJI dan Sanggar Batin Penghulu

Pernah menjadi redaktur dan pendiri UKM Pers Mahasiswa Laga-Laga (kini Pituluik) di ISI Padangpanjang

Tercatat sebagai bagian dari jaringan penulis nasional dalam berbagai dokumentasi literasi (Kompasiana, Potret Online, Lintas Gayo)

✦ Gaya Berkarya

Wiko dikenal sebagai pelopor puisi sinematik yang memadukan kekuatan teks puitik, visualisasi dramatik, dan musik digital. Karya-karyanya kerap berangkat dari keresahan sosial, spiritualitas, serta romantisme lokal, namun disampaikan dengan pendekatan modern dan eksperimental. Ia juga dikenal sebagai pendidik idealis yang mengintegrasikan teknologi dan seni sebagai jalan edukasi transformatif.

✦ Media Sosial & Jejak Digital

🌐 YouTube: @sastrairama | @bisikpujangga

📘 Facebook: Wiko Antoni (5.100+ pengikut)

📸 Instagram: @wikoantoni

📚 Academia: Wiko Antoni

SASTRA

Navigasi pos

Previous Post: Densus 88 Bekukan Dua Yayasan Yang Di Duga Terafiliasi NII
Next Post: Polres Sarolangun  Gandeng TPID,Telusuri Beras Premium Oplosan Dari Agen hingga Distributor 

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Sambut Agustusan ,Warga Rawasari Goro Bersihkan Lingkungan 
  • Catatan Totem-Tabu dan Strukturalisme Genetik Terhadap Novel “Cahaya di Bukit 12” Karya Yanto Bule
  • Pengurus Daerah IWO Kabupaten Merangin Periode 2025-2028 Terbentuk 
  • Polres Sarolangun  Gandeng TPID,Telusuri Beras Premium Oplosan Dari Agen hingga Distributor 
  • MENYIMAK DZIKIR ALAM DAN PEDANG CINTA: Tafsir Sufistik atas Puisi Asro Al Murtawy

Recent Comments

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Archives

  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024

Categories

  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • HUKUM & KRIMINAL
  • LIFESTYLE
  • NASIONAL
  • PEMERINTAH
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • SASTRA
  • TEKHNOLOGI
  • UTAMA

Copyright © 2025 .

Powered by PressBook WordPress theme