Mochamad Syuaib
Bertempat di istana negara atau kantor kepresidenan. Didampingi menteri terkait dengan pengawalan Paspampres yang ketat. Suasana yang formal dan protokoler yang ribet. Begitulah gambaran sederhana seharusnya suasana pertemuan dua orang presiden.
Tapi, anomali itu terjadi. Dan kelap-kelip lampu sepanjang jalan Cikini II Menteng Jakarta pusat adalah saksinya. Tanpa melibatkan Paspampres. Tidak juga ada menteri yang menyertai. Pun bukan di gedung megah. Ke 2(dua) presiden itu bertemu dalam suasana yang jauh dari kesan formal.
MANTERA
lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mengasapi duka
puah!
kau jadi kau
kasihku
(Sutardji Calzoum Bachri)
Keduanya adalah Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri(SCB). Dan Presiden Republik NGOTA, Mochammad Syu’aib( MS).Di seantero jagad sastra Indonesia tentu semua mengenal SCB, pemilik antologi Kecuali(2021) yang ditahbiskan menjadi presiden penyair Indonesia. Sedangkan nama terakhir(MS) adalah ketua komite sastra Dewan Kesenian Batang(DKB). MS diproklamirkan menjadi presiden republik NGOTA oleh Gus Danial(pengasuh pondok pesantren Darus Syafi’iyah, Batang Hari).
BULAN SELEPAS HUJAN
Bulan
Selepas hujan
Menggigil kedinginan
(Mochammad Syu’aib)
Adapun Republik NGOTA adalah sebuah negara imajiner, penanda Jaringan Penulis Batang Hari yang diinisiasi oleh MS. NGOTA adalah akronim dari NGObrol sasTrA sebuah acara diskusi sastra yang digawangi oleh MS.
Pertemuan dua presiden beda generasi itu tak ubahnya pertemuan seorang kakek dengan cucunya. Berlangsung dalam suasana keakraban diselingi candaan segar dan petuah seputar sastra.
#safari puisi
Republik NGOTA Prabumulih, 16 September 2025